Oleh: Nancy Dora
Hilirisasi telah menjadi strategi kunci yang tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga membuka jutaan lapangan kerja baru di berbagai sektor strategis. Kebijakan ini terbukti mampu mengubah paradigma pembangunan dari sekadar mengekspor bahan mentah menjadi memproduksi barang bernilai tambah tinggi, sehingga menciptakan peluang kerja yang luas bagi masyarakat. Dengan dukungan investasi, inovasi teknologi, dan kolaborasi lintas sektor, hilirisasi kini dipandang sebagai instrumen vital untuk memperkuat daya saing nasional.
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa sektor perkebunan memiliki potensi besar dalam hilirisasi untuk menyerap hingga 8,6 juta tenaga kerja, mulai dari proses budidaya hingga pengolahan hasil. Komoditas seperti kelapa, kakao, mete, kopi, sawit, dan kapas, jika diolah menjadi produk turunan bernilai tambah tinggi, mampu menghasilkan keuntungan berlipat ganda bagi petani dan industri dalam negeri. Sebagai contoh, kelapa dapat diubah menjadi Virgin Coconut Oil (VCO) dengan nilai jual yang meningkat drastis dibandingkan harga kelapa mentah. Menurutnya, nilai tambah komoditas harus dinikmati di dalam negeri dan menjadi pengungkit kesejahteraan petani, bukan hanya menguntungkan pasar luar negeri.
Komitmen ini juga diperkuat oleh ajakan kepada generasi muda, khususnya anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), untuk terlibat aktif dalam pengembangan hilirisasi pertanian. Dengan keunggulan sumber daya alam yang melimpah dan kemampuan produksi sepanjang tahun, Indonesia memiliki posisi strategis untuk menguasai rantai pasok global produk turunan pertanian. Peran pengusaha muda sangat diperlukan untuk membawa ide-ide segar, mengembangkan inovasi, dan membangun jaringan pemasaran internasional yang mampu mengangkat produk lokal ke panggung dunia.
Dari sisi energi dan sumber daya mineral, Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa terdapat 18 proyek hilirisasi yang berpotensi menciptakan 276.636 lapangan kerja langsung maupun tidak langsung. Proyek-proyek ini mencakup hilirisasi di sektor minerba, pertanian, kelautan, transisi energi, dan ketahanan energi. Nilai investasinya mencapai puluhan miliar dolar AS, dengan penyerapan tenaga kerja signifikan di berbagai wilayah Indonesia. Upah yang ditawarkan juga dijanjikan lebih tinggi dari standar minimum, memberikan daya tarik lebih bagi tenaga kerja terampil untuk terlibat dalam proyek-proyek ini.
Selain menciptakan lapangan kerja, hilirisasi di sektor energi dan minerba diharapkan dapat mendorong pemerataan ekonomi di berbagai daerah. Lokasi-lokasi proyek strategis seperti ini akan memacu pembangunan infrastruktur, meningkatkan aktivitas ekonomi lokal, dan menghidupkan sektor pendukung seperti transportasi, jasa konstruksi, hingga perdagangan. Kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan investor global menjadi faktor penting untuk memastikan keberhasilan pelaksanaan proyek-proyek tersebut.
Contoh nyata keberhasilan hilirisasi dapat dilihat pada inisiatif strategis Grup MIND ID di Mempawah, Kalimantan Barat, melalui hilirisasi aluminium terintegrasi dari hulu hingga hilir. Proyek ini telah menciptakan sekitar 3.130 lapangan kerja langsung, mulai dari operasional Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase I dan II, hingga pembangunan smelter aluminium baru dan fasilitas pengolahan bauksit. Setiap pekerja yang terserap juga mendapatkan program pelatihan dan pengembangan keterampilan, sehingga mampu meningkatkan kapasitas dan daya saing tenaga kerja lokal dalam jangka panjang.
Inisiatif ini tidak hanya menciptakan pekerjaan di sektor utama, tetapi juga memberikan multiplier effect yang signifikan bagi sektor pendukung. Industri logistik, transportasi, UMKM, serta jasa konstruksi ikut terdorong oleh adanya proyek-proyek hilirisasi. Dengan melibatkan masyarakat sekitar secara langsung, dampak positifnya meluas ke berbagai lapisan ekonomi daerah, menciptakan ekosistem industri yang inklusif dan berkelanjutan.
Dalam konteks pembangunan nasional, hilirisasi adalah wujud nyata pelaksanaan amanat konstitusi bahwa sumber daya alam harus digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Pendekatan ini memberikan manfaat ganda: mengoptimalkan nilai tambah komoditas sekaligus menciptakan kesempatan kerja luas bagi tenaga kerja lokal. Keberhasilan hilirisasi memerlukan perencanaan matang, dukungan investasi besar, serta komitmen semua pihak untuk terus berinovasi dan menjaga keberlanjutan lingkungan.
Dengan sinergi yang kuat antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat, hilirisasi berpotensi menjadi lokomotif utama penciptaan jutaan lapangan kerja baru. Setiap proyek yang dijalankan bukan sekadar pembangunan fisik, tetapi juga investasi dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melalui pelatihan, transfer teknologi, dan penguatan kapasitas lokal, hilirisasi dapat memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tercipta bersifat inklusif dan merata di seluruh wilayah Indonesia.
Ke depan, tantangan terbesar adalah menjaga konsistensi kebijakan dan memastikan bahwa setiap program hilirisasi benar-benar berjalan sesuai rencana. Perlu adanya dukungan regulasi yang adaptif, kemudahan perizinan, serta jaminan kepastian investasi agar pelaku usaha dan investor tetap tertarik menanamkan modal di sektor ini. Hilirisasi tidak hanya tentang memproses bahan mentah menjadi produk jadi, tetapi juga tentang membangun kemandirian ekonomi, mengurangi ketergantungan impor, dan memperluas peluang kerja bagi generasi mendatang.
Dengan potensi yang begitu besar, hilirisasi harus terus menjadi prioritas utama pembangunan nasional. Melalui pendekatan terintegrasi dan kolaboratif, Indonesia dapat memaksimalkan sumber daya yang dimiliki untuk menciptakan jutaan lapangan kerja baru, memperkuat ketahanan ekonomi, dan memastikan kesejahteraan masyarakat yang lebih merata.
*Penulis adalah Ekonom