Oleh : Andhika Pratama
Peringatan Hari Pahlawan 10 November menjadi momentum refleksi bangsa Indonesia kembali diingatkan akan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan sebagai fondasi utama kehidupan berbangsa dan bernegara. Peringatan ini bukan sekadar seremoni tahunan atau rutinitas upacara bendera, melainkan momentum reflektif untuk meneguhkan kembali semangat kebangsaan, menghargai jasa para pahlawan, serta menanamkan nilai-nilai perjuangan di tengah tantangan zaman yang kian kompleks.
Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Sukabumi, KH. Ujang Hamdun mengajak seluruh lembaga pendidikan dan instansi untuk meneladani semangat perjuangan para pahlawan dengan menjaga persatuan dan kesatuan.
Hari Pahlawan menjadi pengingat betapa mahalnya harga kemerdekaan yang kita nikmati saat ini. Peristiwa Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya menjadi simbol keberanian dan solidaritas rakyat Indonesia dari berbagai latar belakang suku, agama, dan status sosial yang bersatu menghadapi penjajah. Semangat gotong royong, rela berkorban, dan pantang menyerah menjadi kekuatan utama yang mengantar bangsa ini menuju kemerdekaan. Kini, semangat itu perlu kita hidupkan kembali dalam konteks yang lebih modern: menjaga keutuhan bangsa dari ancaman perpecahan, polarisasi sosial, dan disintegrasi nasional.
Seperti disampaikan oleh berbagai instansi pemerintah, termasuk Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), peringatan Hari Pahlawan hendaknya dijadikan momentum untuk memperkuat semangat kebersamaan dan menghindari upaya-upaya yang dapat memecah belah bangsa. Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Rida Mulyana, menegaskan bahwa semangat kepahlawanan masa kini adalah semangat memberantas kebodohan, melawan kemiskinan, dan mencegah perpecahan yang menggerus nilai-nilai kebangsaan.
Pesan serupa juga disampaikan dalam sejumlah kegiatan peringatan Hari Pahlawan di berbagai daerah. Pemerintah Kota Singkawang, misalnya, mengangkat tema “Semangat Pahlawan untuk Masa Depan Bangsa dalam Memerangi Kemiskinan dan Kebodohan” yang menekankan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan sebagai modal sosial bangsa menghadapi tantangan global. Nilai-nilai luhur para pahlawan diharapkan menjadi inspirasi bagi generasi penerus dalam mengisi kemerdekaan dengan karya dan dedikasi.
Dalam konteks kekinian, tantangan terbesar dalam menjaga persatuan tidak lagi datang dari penjajah bersenjata, melainkan dari dinamika sosial yang berkembang pesat di era digital. Media sosial yang seharusnya menjadi ruang berbagi informasi dan inspirasi, kerap disalahgunakan untuk menyebarkan disinformasi, ujaran kebencian, serta konten yang memecah belah masyarakat.
Karena itu, menjaga persatuan di era digital berarti pula menjaga etika dalam bermedia. Generasi muda sebagai pengguna internet terbesar perlu menjadi garda terdepan dalam menyebarkan informasi positif, menolak provokasi, serta menghargai perbedaan pandangan.
Bagi bangsa yang besar seperti Indonesia, kesatuan dan persatuan bukan hanya simbol moral, melainkan juga strategi keamanan nasional. Kohesi sosial yang kuat adalah benteng pertahanan pertama terhadap ancaman nonmiliter, mulai dari radikalisme, disinformasi, hingga intervensi asing.
Dalam konteks hubungan internasional, bangsa yang bersatu akan lebih disegani dan memiliki posisi tawar yang kuat di mata dunia. Sebaliknya, bangsa yang rapuh oleh konflik internal akan mudah dipengaruhi dan kehilangan arah. Oleh karena itu, memperkuat persatuan menjadi prasyarat utama bagi terwujudnya kedaulatan nasional yang tangguh dan stabilitas regional yang berkelanjutan.
Nilai-nilai kepahlawanan juga dapat diaktualisasikan melalui sinergi lintas sektor. Pemerintah, aparat keamanan, akademisi, dan masyarakat sipil perlu bahu-membahu menghadapi tantangan masa kini, mulai dari krisis energi, perubahan iklim, hingga ketahanan pangan. Semangat gotong royong yang diwariskan para pahlawan harus menjadi energi sosial baru untuk mengatasi masalah bersama secara inklusif.
Menjaga persatuan tidak selalu berarti melakukan hal besar. Ia dapat dimulai dari tindakan kecil dalam kehidupan sehari-hari, menghargai perbedaan pendapat, membantu sesama tanpa memandang latar belakang, hingga membangun suasana kerja yang harmonis. Dalam dunia kerja, termasuk di lingkungan pemerintahan dan aparatur sipil negara, semangat persatuan dapat diwujudkan melalui profesionalisme, integritas, dan semangat melayani. PNS yang bekerja dengan hati dan rasa tanggung jawab sejatinya telah menjadi pahlawan masa kini pahlawan yang menjaga kepercayaan publik dan memperkuat sendi-sendi keutuhan bangsa.
Penting untuk diingat bahwa persatuan bukan berarti menyeragamkan perbedaan. Justru, keberagaman suku, agama, budaya, dan bahasa yang dimiliki Indonesia adalah kekayaan yang memperkuat identitas nasional. Persatuan yang sejati adalah persatuan yang menghargai perbedaan, membuka ruang dialog, dan menjunjung nilai-nilai kemanusiaan universal.
Seperti disampaikan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga, Hari Pahlawan harus menjadi pengingat bagi seluruh masyarakat untuk terus bersatu dan membantu sesama tanpa sekat. Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Rote, warga Indonesia adalah bagian dari satu tubuh besar bernama Indonesia yang kekuatannya terletak pada kebersamaan.
Memperingati Hari Pahlawan tahun ini, marilah kita meneguhkan kembali tekad untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan dengan cara kita masing-masing. Bukan lagi dengan bambu runcing, tetapi dengan kerja nyata, dedikasi, dan kolaborasi lintas generasi. Sebab, semangat pahlawan sejati adalah semangat yang tidak pernah padam, yang hidup dalam setiap langkah anak bangsa yang mencintai tanah airnya dengan tulus.
Hari Pahlawan bukan hanya waktu untuk mengenang, melainkan juga saat untuk berbuat. Mari kita jadikan momentum ini sebagai gerakan kolektif untuk menjaga persatuan, memperkuat keadilan sosial, dan mewujudkan cita-cita Indonesia maju yang berdaulat, adil, dan makmur.
)* Pengamat Kebijakan Publik












